Tertarik untuk menelusuri tujuan wisata sejarah di Jakarta? Berikut dikutip dari IndoTravelers, beberapa sasaran wisata bersejarah dimaksud:
Pelabuhan Sunda Kelapa
Terletak di muara sungai Ciliwung dan merupakan pelabuhan tertua di Indonesia yang telah melakukan aktifitas perekonomian sejak zaman Hindu Pajajaran abad 14 dan masih tetap berjalan hingga kini. Di dermaga berjajar kapal tradisional Bugis jenis “ phinisi” yang melakukan bongkar muat barang. Kapal – kapal kayu ini dahulu sanggup mengarungi samudera sampai ke Madagaskar.
Museum Bahari
Berada di Pasar Ikan No. 1, tidak jauh dari pelabuhan Sunda Kelapa, musium Bahari menempati gedung tua bekas benteng Cuylenburg yang dahulunya merupakan gudang rempah – rempah VOC dan dibangun tahun 1652. Museum ini menyajikan berbagai model perahu dan kapal tradisional Indonesia seperti kapal perang dari maluku “Kora – Kora” perahu layar tiang panjang dari Bugis “Phinisi” dan juga “Sarkopagus” yaitu kuburan yang berbentuk perahu dari suku Batak.
Juga dipamerkan pula berbagai jenis biota laut yang telah diawetkan seperti : kerang, penyu dan satwa langka laut lainya. Aneka peralatan navigasi dan peralatan kebaharian lainya juga banyak dipamerkan di sini.
Di depan museum Bahari terdapat menaa syahbandar yang dibangun pada tahun 1839 dan berfungsi sebagai menara pengawas kapal yang keluar masuk pelabuhan sunda kelapa kala itu.
Museum Sejarah Jakarta.
Berada di J. Taman Fatahillah No.1 dan awalnya merupakan gedung balaikota (Staadhuis) pertama di Batavia yang dibangun pada tahun 1627. Tahun 1970 gedung ini dipugar dan pada tanggal 14 april 1974 resmi dijadikan sebagai Museum Sejarah Jakarta.
Museum Taman Prasasti
Semula lahan yang terletak di Tanah Abang I ini adalah taman pemakaman umum yang bernama “Kebon Jahe Kober” dengan luas 5,5 Hektar dan dibangun pada tahun 1795 untuk menggantikan kuburan di samping gereja Nieuw Hollandsce Kerk (kini musium wayang) yang sudah penuh. Sejak tanggal 9 juli 1977 pemakaman ini ditutup dan dijadikan Museum Taman Prasasti.
Koleksi prasasti, nisan dan makamyang berjumlah 1.372 buah kebanyakan terbuat dari batu dan perunggu. Di sini dapat disaksikan makam beberapa tokoh Belanda seperti A.V Michiels (terkenal pada perang buleleng), Dr. H.F. Roll (pendiri STOVIA atau sekolah kedokteran pada zaman Belanda), J.H.R Kohler (terkenal pada perang aceh), Olivia Marianne Raffles (istri Thomas Stamford Raffles) dan Kapitan Jas yang makamnya diyakini oleh sebagian orang dapat memberika kesuburan, keselamatan, kemakmuran dan kebahagiaan. Karena perkembangan kota, luas museum kini dierkecil menjadi tinggal 1,3 Hektar.
Museum Satriamandala
Terletak di Jalan Gatot Subroto No.14 dan merupakan tempat ntuk lebih mengenal sejarah perkembangantentara Indonesia dari jaman perjuangan kemerdekaan hingga jaman reformasi. Pada sebelah kanan bangunan mseum sartiamandala, terdapat museum Waspada Purbawisesa.
Koleksi yang trdapatdi museum ini berupa pesawat tempur, tank dan aneka jenis senjata berat dan ringan, lambang dan simbol – simbol kemiliteran, diorama serta masih banyak lagi. Terdapat pula ruang Jendral Urip Sumiharjo dan ruang Jenderal Sudirman yang koleksinya antara lain tandu yang digunakan pada masa perang gerilya di daerah Yogyakarta.
Monumen Proklamator
Terletak di halaman gedung perintis kemerdekaan, Jl. Proklamasi No. 56 yang semula merupakan rumah kediaman Ir. Soekarno presiden RI pertama. Monumen ini didirikan pada tahun 1980 dengan patung Soekarno dan Moh Hatta terbuat dari perunggu yang masing – masing berukuran 46 meter dan 43 meter dengan berat 1-2 ton untuk setiap patungnya. Di depanya terdapat replika naskah proklamasi dari perunggu dengan ukuran 60 x 90 Cm yang merupakan pembesaran 200 kali dari ukuran aslinya.
Gedung Kesenian Jakarta.
Banguanya bergaya neo-renaisance yang didirikan pada tahun 1821 adalah sebagai gedung kesenian atau pada zaman belanda namanya Schouwburg.
Di gedung ini sering diadakan pagelaran kesenian baik tradisional maupun seni kontemporer dan modern.
Gedung Arsip Nasional
Dibangun oleh Renier de Klerk seorang anggota dewan Hindia Belanda yang kemudian diangkat menjadi Gubernur jenderal (tahun 1777 – 1780) sebagai rumah peristirahatan di Molenvelt West.
Bangunan ini selanjutnya dijadikan gedung arsip nasional dan terletak di Jl. Gajah Mada No. 111. Arsitektur dan perabotan rumah yang ada di dalamnya masih tetap dipertahankan seperti aslinya.
Gedung Joeang ‘45
Dibangun tahun 1939, bangunan yang berada di Menteng Raya No. 31 yang mulanya merupakan hotel Schomper pada zaman Belanda. Kala itu hotel ini merupakan salah satu hotel termewah di Jakarta dengan interior yang megah. Setelah beberapakali berganti fungsi, akhirnya gedung ini dijadikan Museum.
Koleksi yang ditampilkan antara lain berupa peralatan perang gerilya, atribut dan seragam ketentaraan masa lalu, bendera kesatuan laskar, foto – foto serta lukisan – lukisan yang menggambarkan para pejuang dalam merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.
Mesjid Istiqlal
Merupakan mesjid negara yang letaknya di sebelah timur laut dari monumen nasional (monas). Dibangun pada tahun 1964 arsiteknya seorang kristen bernama Federick Silaban. Mesjid terbesar di Indonesia ini mampu menampung lebih dari 100.000 jema’ah sekaligus.
Museum Wayang
Terletak di jalan Pintu Besar Utara No. 27, sebelah barat dari musium sejarah Jakarta. Menempati lahan bekas gereja Belanda Oude Hollandsche Kerk (1640 – 1732) dan gereja Niew Hollandsche Kerk (1736 – 1808) yang kemudian hancur akibat gempa bumi.
Bangunan yang nampak saat ini didirikan pada tahun 1912 sebagai gudang milik perusahaan Geo Wehry. Setelah beberapakali berpindah kepemilikan serta berubah fungsi, akhirnya pada tanggal 13 Agustus 1975 diresmikan sebagai Museum Wayang.
Koleksi yang terdapat di museum Wayang berupa enis dan bentuk wayang dari berbagai daerah di Indonesia, seperti wayang kulit, wayang golek, wayang rumput, wayang beber, topeng – topeng serta perangkat gamelan. Wayang serta boneka dari berbagai negara seperti Cina, Inggris, Kamboja, Malaysia dan Thailand ikut melengkapi koleksi di museum ini.
Museum senirupa & keramik
Bangunan yang semula dikenal sebagai “gedung bicara” atau Raad Van Justice di zaman kolonial belanda ini terletak Jl. Pos Kota No.2 yang berdiri sejak tahun 1870 dan akhirnya pada tanggal 20 Agustus 1976 resmi difungsikan sebagai Museum Senirupa Dan Keramik.
Selain merupakan ruang pameran dari para seniman lukisan terkemuka dan para pematung yang ada di Indonesia, museum ini juga menyimpan aneka koleksi keramik baik yang berasal dari berbagai darah yang ada di Indonesia maupun dari manca negara.
Keramik Plered Kosongan, Lombok, serta keramik dari Asia dan Eropa turut melengkapi koleksi museum.
Museum Tekstil
Museum yang terletak di Jl. KS Tubun No.4 dan dibangun pada abad ke 19 ini semula merupakan rumah tinggal bangsawan perancis. Setelah beberapakali berpindah kepemilikan dan fungsinya, pada tahun 1975 diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta yang selanjutnya dijadikan Museum Tekstil.
Museum Nasional
Gedung ini didirikan oleh sebuah lembaga ilm pengetahuan Bataviasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen pada tahun 17778, terletak di Jl. Medan Merdeka Barat No.12.
Museum yang menyimpan 109.342 koleksi benda budaya ini didepanya terdapat sebuah patung gajah yang terbuat dari perunggu hadiah dari raja Chulalongkorn dari Siam (Thailand) saat mengunjngi Batavia pada tahun 1871. Oleh sebab itu museum nasional juga dikenal sebagai Museum Gajah.
Di museum ini tersimpan koleksi benda pra-sejarah seperti alat-alat yang terbuat dari batu, tulang, tanduk dan kerang. Juga terdapat berbagai koleksi benda – benda keramik abad 5 hingga 15 yang berasal dari daratan Asia, Eropa maupun Persia.
Berbagai benda relief sejarah yang berasal dari abad 16 hingga 19 tersimpan dengan rapi, disamping koleksi perabotan peninggalan orang belanda.
Terdapat pula koleksi perhiasan emas, berlian serta batu mulia, pusaka dan singgasana para raja serta berbagai perabot yang terbuat dari emas milik bangsawan masa lalu.
Monumen Nasioal (Monas)
Berada tepat di jantung kota Jakarta, Monas yang memiliki taman seluas 80 Hektar ini merupakan titik nol hitungan pemetaan jakarta. Diarsiteki oleh Sudarsono dan F Silaban dengan konsultan Ir. Rooseno, tugu setinggi 137 Meter ini resmi dibuka pada tanggal 12 Juni 1975 atau hampir 14 tahun sejak pemancangan tiang oleh presiden Soekarno pada tahun 1961.
Dibangun dengan dana hasil sumbangan masyarakat Indonesia ketika itu, Monas yang dirancang mampu bertahan selama 1000 tahun merupakan monumen untuk mengenang semangat perjuangan kemerdekaan dan peringatan guna meningkatkan patriotisme bangsa Indonesia, yang dilambangkan dalam bentuk lidah api terbuat dari perunggu seberat 143 ton dan dilapisi dengan 35 Kg emas murni.
Di ruang bawah monumen terdapat museum diorama yang menggambarkan perjalanan sejarah bangsa Indonesia dari masa perjuangan merenut kemerdekaan hingga masa orde baru . juga terdapat ruang kemerdekaan dimana kita dapat mendengarkan rekaman suara bung Karno saat membaca naskah proklamasi di pagi hari tanggal 17 Agustus 1945. dengan lift yang berkapasitas 8 orang, pengunjung dapat mencapai puncak monumen dan menyaksikan panorama kota Jakarta.
Taman di sekitar monas saat ini menjadi lebih sejuk, bersih dan rapi dengan aneka tumbuhan hijau serta adanya satwa rusa totol yang memberi keindahan alam tersendiri. Pada hari minggu pagi banyak masyarakat yang memanfaatkan kawasan ini untuk berolahraga nersama keluarga atau berkeliling dengan menggunakan delman. (Sumber: IndoTravellers).
0 comments:
Post a Comment